Selasa, 27 September 2011

La Masia "Tempat Terbaik Untuk Menunggu Padi Menguning


Jika ada penunjukan tujuh keajaiban dunia di sepak bola, mustahil tidak menyebut nama La Masia-sebutan untuk akademi sepak bola klub Spanyol, FC Barcelona sebagai salah satunya. La Masia adalah magis. Ia adalah “pabrik” penghasil pemain berkualitas oke. Sukses Barcelona menjadi satu-satunya klub sepanjang sejarah yang memenangi enam trofi di musim 2009/10 adalah karena magis La Masia.
Dan malam ini, dunia akan semakin mengakui magis La Masia. Ya, tiga pemain lulusan La Masia, Xavi Hernandez, Lionel Messi dan Andres Iniesta, salah satu diantaranya, akan menjadi Pemain Terbaik Dunia lewat pemilihan bertajuk FIFA Ballon d’Or di Zurich, Swiss, Senin (10/1)
Semua klub sejatinya memiliki akademi. Sebenarnya, apa hebatnya La Masia dibanding akademi-akademi sepak bola klub lainnya?

Coba amati Barcelona bermain, maka Anda akan menemukan jawabannya. Saat Barcelona bermain, mereka seperti dilarang memainkan umpan-umpan udara. Bola harus menjejak tanah. Umpan-umpan pendek haruslah mengalir cepat. Itulah yang disebut tiki-taka. Itulah yang diajarkan di La Masia. Dan itulah yang diadopsi Barcelona dan Timnas Spanyol.
“Di La Masia, kami tidak dilatih bermain untuk menang, melainkan unutk berkembang dengan segala keahlian yang diperlukan sebagai pemain bagus. Kami berlatih setiap hari dengan bola melekat di kaki setiap saat,” ujar Lionel Messi, salah satu murid terbaik La Masia.
Saat menjadi murid La Masia sejak berusia 13 tahun, Messi tidak diajarkan menang, tetapi bagaimana caranya meraih kemenangan itu sendiri. Di sana, pemain bisa lulus jika mereka sudah memenuhi harapan. Tetapi, mereka bisa dengan cepat dikirim pulang jika gagal menunjukkan kemajuan. Bocah-bocah di sana dilatih bersabar dan dijauhkan dari pemikiran asal menang. Ibarat petani, Messi dkk dilatih telaten menunggu padi menguning.
Proses untuk menang atau dalam kalimat yang lebih mudah, pembinaan pemain muda. Paham itu yang kini mulai dilupakan klub-klub top Eropa yang dulunya penganut taat paham ini.
Manchester United yang pernah melahirkan generasi emas bernama class 92 seperti David Beckham, Paul Scholes, dan Neville bersaudara di markas mereka, Carrington, kini sulit melakukannya lagi. Carrington kini tak sakti. lagi. MU memang masih menyukai ‘daun muda’, tetapi bukan produk asli mereka. Begitu juga Ajax Amsterdam. Ah, sulit mengulang generasi hebat The Amsterdammer seperti Clarence Seedorf, Edgar Davids, hingga Patrick Kluivert seperti pertengahan 90-an silam. Apalagi Real Madrid yang lebih suka membeli pemain jadi dan tidak memberi ruang bagi cantera (pemain muda) akademi mereka untuk membela klub.
Bagi pelatih La Masia, Jose Roman Alexanco, penting bagi Barcelona menjaga kesinambungan produksi pemain muda untuk kemudian menjadi pesepak bola kelas dunia.
“Itulah yg kami lakukan di La Masia. Mengajak anak-anak bergabung di akademi, memperhatikan mereka berkembang. Berapa pun usia ketika mereka bergabung. mereka tahu mereka puinya kesempatan bergabung dengan tim senior,” ujarnya.
Dalam hal ini, Roman Alexanco sudah mengajari anak didiknya dengan baik ucapan filsuf Prancis, Albert Camus bahwa “dalam hal keutamaan dan tanggung jawab akan tugas, saya belajar dan berhutang budi pada sepak bola”.
Markas La Masia bertempat di bangunan yang berasal dari abad ke-18, sebuah bekas rumah peternakan yg terletak tepat di bawah bayangan Stadion Nou Camp-markas Barcelona. Akademi ini mulai beroperasi pada 26 September 1966 dan resmi memakai nama La Masia sejak 1979.
La Masia terdiri dari 15 tim, 290 pemain dan 110 pegawai dan pelatih. Dari 290 pemain, 90 persen diataranya berasal dari Spanyol, dengan 50 persen di antaranya adalah orang-orang Catalunia. Sebut saja Victor Valdes, Carles Puyol, Xavi, Iniesta, Sergio Busquets, Bojan Krkic, Gerrard Pique, Albert Jorquera. Sisanya, 10 persen adalah pemain-pemain muda dari luar Spanyol. Lionel Messi adalah contohnya.
Sudah ada lebih 500 pemain yang dihasilkan La Masia sejak 1979 silam. Termasuk Pep Guardiola yang kini menjadi pelatih Barcelona. Tetapi, masuknya tiga lulusan mereka dalam kandidat pemain terbaik dunia adalah pencapaian terbaik sepanjang sejarah akademi ini. Inilah masa ketika proses pematangan di La Masia berbuah sempurna.
“Kami memiliki generasi sepak bola yang mungkin akan sulit untuk mendapatkan seperti mereka lagi. Ketika Xavi, Leo dan Andres lulus dari akademi, mereka tidak langsung masuk Ballon d’Or, mereka berproses dan sekarang mereka mendapat hasilnya. Ini sungguh pencapaian yang luar biasa,” sebut Guardiola.
Pada 2012 mendatang, kompleks La Masia yang sekarang akan ditutup, berpindah ke tempat baru lebih modern. Waktu memang terus berjalan di sana, tetapi sampai kapanpun, ide La Masia tetap sama.
“Ide nya jelas. Kami ingin membuat mereka menjadi pemain yang lebih baik, pemuda yang lebih baik dengan mengajarkan mereka respek, kerja sama, kesederhanaan pergaulan dan komitmen,” ujar Carles Folguera, pria yang menjadi Direktur La Masia sejak 2001.(*)
(*Artikel ini ditulis menyoal pemilihan pemain terbaik dunia 2010 yang digelar di Zurich, Swiss, Senin (10/1) didominasi tiga pemain lulusan akademi La Masia Barcelona, Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Lionel Messi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Category List

Blogger news

Blogroll

Blogger templates